12 Tren Social Media Marketing
Penasaran bagaimana small medium enterprises (SME) atau biasa disebut UKM memakai social tempat untuk mendongkrak kinerja penjualannya? Lalu, platform social tempat mana yang paling baik untuk UKM? Berikut 12 tren social tempat marketing yang dilansir MIX Marcomm berasal dari web Socialmediaexaminer.com berdasarkan hasil survei bertajuk “Social Media Marketing Industry Report” yang dilaksanakan Social Media Examiner untuk ketujuh kalinya kepada 3.720 marketer, business owners, dan solopreneurs di Amerika.
Pertama, social tempat berperan mutlak untuk UKM. Mengapa? Pertama, 96% responden didalam survei ini sepenuhnya memakai social media, dan 92% berasal dari mereka sepakat atau bahkan terlampau sepakat bersama ungkapan “pemasaran melalui social tempat mutlak untuk bisnis saya”.
Kedua, Facebook mendominasi strategi marketing via social tempat UKM. Sebagian besar responden mengaku lakukan pemasaran social tempat di Facebook. Seperti yang tertulis terhadap tabel bahwa 93% responden memakai Facebook, dan 79% memakai Twitter. Ke depannya, sebanyak 62% responden merencanakan akan lebih menambah pemakaian Facebook untuk tujuan pemasaran mereka. Sementara, 66% akan menambah kesibukan pemasaran melalui Twitter, YouTube, dan LinkedIn.
YouTube lebih banyak dimanfaatkan oleh pengusaha besar. Secara khusus, 71% pengusaha bersama lebih berasal dari 100 orang karyawan, lebih aktif memakai YouTube, terkecuali dibandingkan bersama 38% yang self-employed. Sedangkan Instagram dan Pinterest terhitung cukup efektif dimanfaatkan sebagai tools pemasaran, di mana trafik keduanya tercatat meningkat dua kali lipat berasal dari th. 2014 ke th. 2015.
Ketiga, pemakaian social tempat untuk UKM B2B tidak sama bersama B2C. Bagi responden B2B didalam survei ini, LinkedIn adalah jejearing sosial nomer satu' bagi mereka. Di sisi lain, perusahaan B2C lebih memilih Facebook sebagai strategi utama mereka. Ditambah, Facebook terhitung social tempat yang sudah nyaris menjangkau seluruh kastemer di dunia.
Hal ini masuk akal gara-gara type bisnis B2B lebih mengejar marketing people, facilities managers, dan buyer. Sementara perusahaan yang lebih mengadalkan LinkedIn kebanyakan condong mengejar koneksi dan tren terbaru. Dalam survei ini, tercatat hanya 18% responden marketer yang memakai LinkedIn Ads. Dan sebanyak 75% memakai Facebook Ads.
Keempat, mayoritas marketer UKM tidak mengerti terkecuali usaha melalui Facebook “berhasil”. Terlepas berasal dari fakta bahwa 92% UKM sepakat bahwa social tempat terlampau mutlak bagi bisnis mereka dan beberapa besar memakai Facebook untuk strategi pemasaran social media, tetapi mayoritas terhitung melaporkan bahwa mereka tidak mengerti apakah jangkauan pemasaran mereka melalui Facebook “berhasil” atau tidak.
“Berhasil” mampu artinya membangun brand awareness dan relasi bersama konsumen. Tetapi mampu terhitung artinya mendorong kinerja penjualan. Yang mengejutkan, berasal dari sekian banyak UKM yang memakai Facebook, hanya satu berasal dari tiga responden self-employed yang membuktikan bahwa memakai Facebook adalah usaha yang efektif.
Kelima, UKM merencanakan mengekspansi kesibukan Facebook th. ini. Laporan Social Media Marketing Industry menemukan bahwa meskipun banyak marketer yang tetap belum mengerti efektivitas Facebook, 62% merencanakan untuk menambah kesibukan di dalamnya. Sebanyak 68% responden terindikasi mereka idamkan lebih mempelajari bagaimana memakai Facebook untuk pemasaran mereka. Bahkan sebanyak 53% responden merencanakan untuk menambah ad spend mereka di Facebook th. ini.
Keenam, kebanyakan UKM menggunakan enam jam, bahkan lebih, didalam seminggu untuk social media. Hal ini gara-gara rasa tanggung jawab para pemilik UKM yang besar terkait bagaimana merawat kualitas engagement brand bersama audiens melalui social channels. Sebanyak 33% responden membuktikan bahwa mereka sediakan 1-5 jam didalam seminggu untuk menggarap social tempat marketing.
Ketujuh, exposure tertinggi UKM adalah melalui social media. Meskipun peningkatkan exposure lebih sukar diukur dibandingkan suatu indikator layaknya bounce rate, marketer dan owner UKM pemilik bisnis kecil memposisikannya sebagai benefit utama berasal dari strategi pemasaran melalui social media.
Kedelapan, menambah traffic melalui web adalah benefit kedua social marketing. Sebanyak 77% atau kira-kira 4000 responden mengapresiasi trafik yang masuk ke web mereka melalui social referral atau yang meng-klik berasal dari Facebook atau LinkedIn ke situs. Google Analytics dan alat pengukur lain membawa dampak pencarian knowledge ini makin mudah.
Kesembilan, social tempat kurangi pengeluaran marketing UKM. Awalnya, social tempat berkembang untuk menciptakan reputasi untuk menjangkau audiens bersama harga murah. Sebelum th. 2014, Facebook mengizinkan perusahaan untuk menggarap audiens-nya secara gratis. Langkah cerdas selanjutnya pun sukses menggiring marketer masuk ke kanal ini. Semakin banyaknya perusahaan yang tertarik, tetapi Facebook justru terasa memasang charge untuk setiap kesibukan pemasaran terhadap th. 2014.
Dan di th. ini, laporan “Social Media Marketing Industry” menemukan bahwa 51% bisnis bersama kurang berasal dari 10 karyawan yang terhitung menggunakan 6 jam atau lebih untuk menggarap pemasaran social media, tetap percaya bahwa strategi selanjutnya selamanya efektif kurangi cost pemasaran secara keseluruhan. Bahkan tidak sedikit perusahaan yang menambah karyawan yang spesifik untuk mengatasi pemasaran digital tersebut. Tidak heran terkecuali hanya 59% perusahaan besar tidak menemukan adanya pengeluaran budget untuk social tempat marketing mereka. yang hanya perusahaan besar yang tidak mampu menghemat cost melalui tempat sosial.
Kesepuluh, kinerja penjualan UKM melalui social tempat konsisten bertumbuh. Tujuan berasal dari seluruh taktik pemasaran terhadap pada akhirnya adalah untuk meningkat posisi sekaligus penjualan. Lebih berasal dari setengah marketer didalam survei ini sudah memakai social tempat lebih berasal dari dua tahun, dan mereka melaporkan bahwa channel selanjutnya cukup membantu didalam menambah angka penjualan. Sebanyak 70% responden sudah membuktikannya sehabis kira-kira lima th. memakai social tempat sebagai anggota berasal dari strategi marketing mereka.
Internet Retailer didalam laporan bertajuk “2015 Social Media 500” me-review 500 merchant besar yang memakai social media. Pada th. 2014, penjualan social commerce 500 perusahaan selanjutnya tumbuh menjadi USD3,3 miliar berasal dari USD 2,6 miliar terhadap th. sebelumnya, atau meningkat 25%. Dari pencapaian ini membuktikan betapa berpotensinya social selling.
Kesebelas, Facebook mendominasi social tempat paid ads. Rendahnya cost iklan di social tempat adalah hanya satu alasan UKM tertarik untuk menggunakannya. Karena menawarkan kebolehan untuk menjangkau tujuan iklan di lokasi terpencil samasekali sekaligus sediakan demografi pasar. Kesuksesan paid ads Facebook sudah mendorong harga sahamnya berasal dari USD20 per saham terhadap th. 2012 naik menjadi USD80 per saham terhadap Mei 2015. Iklan digital LinkedIn dan Twitter terhitung memetik sukses, berdasarkan responden survei di mana mereka akan terasa sungguh-sungguh menggarap iklan selanjutnya di th. yang akan datang. Platform social tempat lain layaknya Instagram, Pinterest, dan lainnya terhitung berkesempatan untuk mengembangkannya. Selain itu , 53% responden membuktikan mereka akan konsisten menambah pemakaian iklan Facebook ke depannya. Di platform Google dan Twitter terhitung sama, sebanyak 38% dan 31% responden merencanakan akan menambah spending mereka di kanal ini. Keduabelas, type konten di social tempat terlampau menentukan. Sebanyak 70% marketer mengaku memakai blog, dan yang memakai aset visual lainnya terhitung raih 71%. Kebanyakan berasal dari mereka ada pengusaha 'mandiri' yang tidak memiliki karyawan. Sementara, hanya 10% marketer yang memakai podcasting. Namun, beberapa pihak berspekulasi bahwa ke depan podcasting mampu menjadi kesempatan besar. Meskipun butuh anggaran besar dan teknologi lebih, konten video terhitung tetap efektif digunakan 57% marketer.
Komentar
Posting Komentar