Hidup Di Dunia Digital Dituntut Lebih Pintar Dan Cerdas
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Kota Palembang yang digelar, Rabu (3/11) jadi pukul 09.00 sampai bersama pukul 12.00 bersama tema “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”(BP/IST) Palembang, BP- Hidup di dunia digital menuntut kita untuk lebih pintar dan cerdas dalam mengahadapi masa digital. Mau tau caranya?
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Kota Palembang yang digelar, Rabu (3/11) jadi pukul 09.00 sampai bersama pukul 12.00 bersama tema “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital” kali ini merupakan jawaban.
Dengan menghadirkan lebih dari satu narasumber layaknya Ir. Prayudy Widyanto, MM (Professional Bussiness Coach), Bayu Wardhana (Pemimpin Redaksi Independen.id), Hj. Rusmala Dewi. Z, S.Pd., M.M (Kepala Sekolah MAN 2 Palembang) dan Hj. Binti Koniaturrohmah, M.Pd (Kepala SMA Negeri 20 Palembang).
Key Opinion Leader Joddy Caprinata @joddycaprinata (Founder & COO of Bicara Project) pun tak kalah seru. Joddy repot di Bicara Project yang terhitung meliterasi di bidang public speaking, tutorial make up dan beraneka aktivitas lain. Digital safety, digital culture dan beraneka perihal menurut Joddy benar-benar berfaedah bersama mengikuti aktivitas webinar ini. “Tema hari ini benar-benar bagus karena dikala dunia digital ini muncul perlu kita menggunakan bersama sebaik-baiknya. Kita tokoh utama menjadi bagaimana mempergunakan untuk membawa dampak diri kita menjadi lebih baik. Digital menjadi alat untuk menambah wawasan, menambah pendapatan dan sebagaimnya. Jangan sampai disalahgunakan. Ini sebuah peluang yang perlu dipergunakan bersama sebaik-baiknya. Lakukan beraneka perihal yang berfaedah bersama menggunakan dunia digital ini,” kata Joddy mengawali webinar bersama memberi tambahan pendapatnya.
Selanjutnya, moderator Hikmatun Hasanah mengawali bersama mempersilahkan narasumber pertama Prayudy Widyanto, MM yang merupakan Professional Bussiness Coach. Tema narasumber Menyongsong Era Revolusi Industri.
Prayudy dalam perkenalan singkatnya menyebutkan dirinya terhitung bekerja di perusahaan IT, saat ini terhitung miliki lebih dari satu toko digital dan lebih dari satu sertifikasi sebagai profesional bussiness coach serta lebih dari satu aktivitas lainnya.
Perjalanan revolusi industri dipaparkan Prayudy dari beraneka dekade jadi dari inudustri 1.0, 2.0.3.0 sampai terhadap masa 4.0.
“Saat ini kita telah jalankan perintah kepada mesin-mesin dari jarak jauh. Contohnya seorang ibu untuk memantau anaknya bersama mempergunakan CCTV dari rumah bersama posisi anaknya di sekolah. Di masa ini kita telah dalam genggaman internet. Semua perihal telah dikontrol bersama mempergunakan internet. Aktivitas kita telah mayoritas bersama mempergunakan internet,” ujar Prayudy secara share tips untuk mampu mengikuti pertumbuhan masa saat ini bersama menyikapi lebih dari satu perihal layaknya tetap bersemangat dan beranggap positif bahwa tetap tersedia peran kita.
Banyak perihal layaknya kuasai bahasa Inggris, latih kekuatan menulis ide-ide atau apa yang dambakan diperbuat. Robot tidak miliki itu namun kita bisa. Selanjutnya, buat SEO untuk diaplikasi berupa anggapan ide-ide awal dari kita dan diteruskan robot. Selanjutnya para anak muda, perlu banyak belajar bahasa programmer bersama baik sehingga kita mampu kalahkan robot.
Sekarang kita siap-siap masa industri 5.0 yang benar-benar difokuskan kerjasama pada manusia dan mesin. Peran manusia menyusut karena telah diciptakan kecerdasan-kecerdasan yang serupa bersama manusia. “Tapi kita tak perlu khawatir.
Ada lebih dari satu perihal yang perlu kita jalankan sehingga kita tidak tergerus,” ujar Prayudy yang terhadap peluang ini memberi tambahan ilustrasi negara Jepang yang telah memasuki masa 5.0 selagi Indonesia tetap berkutat di masa 4.0. Ia terhitung mencontohkan di Arab Saudi yang telah mempergunakan robot-robot untuk mendukung pekerjaan mengenai bersama sosial distancing pandemi Covid 19. Ini merupakan pertumbuhan di mana peran manusia telah terganti bersama mesin.
“Namun jangan khawatir, robot itu manusia yang menciptakan. Jadi mari berlomba-lomba memperkaya pengetahuan sehingga kita pun mampu menciptakannya.
Bayu Wardhana (Pemimpin Redaksi Independen.id) selaku narasumber kedua terhadap peluang ini terhitung sepanjang 20 menit memaparkan materi mengenai bagaimana menjadi pintar di masa digital ini.
Bayu memaparkan sebuah contoh berupa catatan perjalanan yang dicatat oleh Google. “Tahun 2019 ternyata saya dulu ke Semarang, Pekalongan dan lebih dari satu daerah. Ini dicatat Google. Selama kita membawa ponsel kita mau tidak mau kita dicatat. Ini yang disebut jejak digital. Jejak digital aktif itu layaknya memberi komens dan sebagainya,” ujar Bayu mengawali pemaparan materinya.
Bayu mengingatkan semua mampu menjadi bumerang dikala kita jalankan hal-hal yang tidak pantas. Contoh seseorang gagal melamar pekerjaan masuk BUMN dikala rekam jejaknya tercatat tersedia makian atau jejak digitalnya dulu tercatat negatif.
“Tapi tak tetap kejam, Ada terhitung nilai lebih atau positif atau baik dan itu merupakan poin kita,” ujar Bayu seraya menyayangkan bahwa kawan jejak digital tak mampu dihapus. Ini menjadi information untuk mempelajari sosok kita. Secara kasap mata mampu dibuang atau dihilangkan namun di Facebook atau Google tetap ada. Memang tersedia fasilitas yang mampu hapus foto atau teks mengenai pornografi atau hal-hal khusus bersama terutama dulu mengajukan permohonan. Tapi ini tergantung Google terhitung setuju atau tidak menghapusnya.
Bagaimana membawa dampak jejak digital yang baik? Bayu menyebutkan bahwa kebebasan jalankan apa saja bukan bermakna kita tidak mampu mengatur diri sendiri. Atur mau yang baik diunggah atau yang jelek. Tipsnya hanya berbuat baik saja. Kiat buat konten positif layaknya hindari ujaran kebencian, hindari kritik atau hinaan kepada seseorang atau badan atau organisasi. Selanjutnya, respek terhadap tiap tiap orang.
Fitur privasi di media sosial bersama lebih dari satu tips, sembunyikan information pribadi, minimalisir tautan di media sosial. Tips lain yang diberikan Bayu yaitu matikan wilayah dikala tengah berada di suatu wilayah untuk hindari lebih dari satu perihal mengenai keamanan diri. Bayu terhitung memaparkan fitur amankan akun, disarankannya menggunakan pasword yang kuat lalu menentukan kata yang tidak tersedia hubungan serupa sekali bersama information diri layaknya nama sekolah, tanggal lahir, nama orangtua dan lain sebagainya.
Hj. Binti Koniaturrohmah, M.Pd (Kepala SMA Negeri 20 Palembang) selaku narasumber ketiga terhadap peluang ini membawakan materi berkenaan Etika Digital, dalam rangka Hidup Pintar di Dunia Digital. “Di Era digital internet telah menjadi anggota keseharian dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai aktivitas digunakan layaknya bekerja atau di pendidikan dan sebagainya,” ujar Hj Konia yang memaparkan pengalaman menjadi pendidik sepanjang lebih tidak cukup 20 tahun.
Etika digital didefinisikan Konia bersama mengutip definisi menurut lebih dari satu sumber layaknya Ki Hajar Dewantara. Selanjutnya, Etika dalam berinternet tersedia lebih dari satu rambu di antaranya memelihara perasaan orang lain.
“Sudah waktunya masyarakat berinternet jelas pedoman di antaranya mematuhi ketentuan yang ada, hormati pihak lain, sesudah itu etika mengshare foto atau video yang sopan, jangan fokus terhadap kepentingan diri sendiri namun mengedepankan kepentingan orang banyak,” ujar Konia seraya memberi tambahan tips lain layaknya berhati-hati selagi mengirim kontens bersama perhatikan unsur SARA, Hoaks, Pornografi, pelecehan, siberbullying dan sebagainya. Selanjutnya, Konia terhitung memaparkan UU ITE yang merupakan sanksi keras bagi pelanggaran yang dijalankan di dunia digital.
Rusmala Dewi. Z, S.Pd., M.M (Kepala Sekolah MAN 2 Palembang) yang menjadi narasumber ketiga kita ini memaparkan berkenaan “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”.
Sebelumnya, Rusmala memaparkan berkenaan definisi budaya digital yaitu merupakan hasil olah pikir, kreasi dan cipta karya manusia berbasis teknologi internet.
Perkembangan budaya digital benar-benar ditentukan oleh penguasaan terhadap pengetahuan pengetahuan dan teknologi. Budaya digital membawa dampak bersama gaya hidup baru layaknya pemanfaatan media sosial, belanja online, transportasi online, bahkan bekerja dan belajar terhitung mampu dijalankan secara online. Ada tiga perihal perlu dalam membangun budaya digital di antaranyaParticipation,bagaimana partisipasi masyarakat yang memberi tambahan kontribusi untuk obyek bersama. Selanjutnya,Remediation, bagaimana masyarakat membuat perubahan budaya lama menjadi budaya baru yang lebih bermanfaat.
Bricolage,bagaimana masyarakat membentuk perihal baru bersama menggunakan perihal yang telah ada.
Selanjutnya, narasumber terhitung memaparkan budaya digital untuk pendidik, Terciptanya paradigma baru pembelajaran yaitu guru menjadi fasilitator dan siswa menjadi peserta aktif dalam sistem belejar mengajar.
Terlahir tehnik belajar yang baik, bahan ajar yang menarik sehingga siswa belajar bersama aktif dan berpartisipasi dalam belajar. “Kalau budaya digital untuk peserta didik terciptanya paradigma baru pembelajaran yaitu guru menjadi fasilitator dan siswa menjadi peserta aktif dalam sistem belajar mengajar.
Wadah Diskusi Pembelajaran, menjadi media belajar, pengalaman belajar yang baik dan baru, serta area untuk mencurahkan kreativitas,” ujar Rusmala Dewi seraya memberi tambahan terhitung dampak negative budaya digital di antaranya Adanya pelanggaran hak cipta atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Rendahnya ketersediaan lapangan pekerjaan karena sumber kekuatan manusia (SDM) telah digantikan oleh teknologi digital, Munculnya Info digital yang tidak cocok bersama fakta (hoax), Adanya budaya malas gerak (mager) karena dampak pemanfaatan teknologi digital dan Adanya penipuan digital yang mengatasnamakan orang lain.
Sebaliknya dampak positif di antaranya Memudahkan dalam membuka Info yang diperlukan secara cepat, Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pengembangan dan pemanfaatan digitalisasi, Adanya media massa yang berbasis digital, dan Menciptakan inovasi dalam beraneka bidang yang berorientasi terhadap digitalisasi.
Webinar menayangkan Lagu Indonesia Raya yang diikuti semua peserta webinar dan dilanjutkan bersama penayangan video keynote speech yaitu Semuel A Pangerapan, Direktur Jenderal (Dirjen) Aplikasi Informatika (Aptika) Kemenkominfo RI. Lantas keynote speech kedua disampaikan Walikota Palembang H Harnojoyo yang mengapresiasi penyelenggaraan webinar tersebut.
Lebih lanjut dalam sesi tanya jawab, moderator mempersilakan empat penanya terpilih untuk mengemukakan pertanyaan secara langsung kepada keempat narasumber secara berurutan. Karena antusias peserta memadai tinggi untuk bertanya, moderator terhitung menentukan enam penanya lagi untuk berkesempatan mendapat hadiah langsung berupa uang elektronik masing-masing senilai Rp 100 ribu.
Suryati Ali selaku Runner Literasi Digital wilayah Palembang Sumsel membetulkan bahwa webinar yang digelar Kemenkominfo RI bekerjasama bersama Pemkot Palembang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel diikuti secara daring tersedia 1133 peserta yang terdiri dari beraneka kalangan layaknya pelajar, mahasiswa, dosen dan kalangan umum.
“Alhamdulilah kita konsisten meminta antusias masyarakat tetap tetap tinggi dalam rangka literasi digital ini. Semoga berfaedah bagi masyarakat banyak dalam mendukung program pemerintah cerdas berinternet bersama Program Webinar Literasi Digital yang digelar Kemenkominfo RI ini,” ujar Suryati.
Selanjutnya. webinar Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 Kota Palembang bakal digelar kembali, Kamis 4 Nopember 2021 pukul 09.00 – 12.00 bersama tema “Kenali dan Pahami: Rekam Jejak di Ruang Digital” bersama menghadirkan narasumber di antaranya Fadli Afriadi SP, MM (Pembelajar, Trainer ,Konsultan, dan Entrepreneur), Reni Haerani, S.kom., M.Kom (Dosen dan Praktisi Digital), Deka Zuhana, M.Pd (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Tridharma Palembang) dan Fatkurohman, S.Sos (Inisiator Relasi Penulis Opini Publik (REPUBLIK) Rumah Citra Indonesia (RuCI)). Pendaftaran melalui tautan :/form/16612, Link Zoom: /j/ .#osk
Komentar
Posting Komentar